Thursday, September 6, 2012

Hadhyu (Qurban untuk Haji)

 
  • Saat itu jamaah haji punya pilihan, apakah mau bayar melalui resepsionis penginapan di Mekah, atau membayar langsung di House of Slaughter, Mina. Jika melalui resepsionis penginapan di Mekah, saat itu sebesar 430 riyal untuk seekor kambing. 
  • Seorang rekan jamaah yang membayar hadhyu di Mina mengisahkan serunya pengalamannya. Mulai mencari lokasi House of Slaughter (lumayan jauh dari maktab kami saat itu, maktab no 75), menawar harga dengan bahasa isyarat dan kalkulator (karena penjualnya hanya bisa berbahasa Arab), dan bisa melihat langsung proses penyembelihan (disembelih dengan cepat, pake pisau kecil, dalam posisi hewan qurban berdiri). Mereka juga mendapat sekantong daging sembelihan untuk dibawa pulang sebagaimana disunnahkan agar yang berqurban memakan sebagian dari daging yang disembelihnya. Hanya saja karena bingung bagaimana nanti memasaknya di maktab, akhirnya mereka sedekahkan daging tersebut kepada jamaah haji musafir yang banyak mendirikan tenda kecil di luar maktab. Subhanallah ternyata mereka senang sekali menerimanya. Sungguh cerita rekan saya tersebut seolah menjadi pengingat bagi kami untuk senantiasa bersyukur dan bersabar dalam setiap saat. Bahwa memang kondisi dan keadaan saat berada di maktab-maktab di Mina bisa dibilang 'prihatin' karena banyaknya kekurangan dari segi fasilitas. Tapi ternyata masih ada jamaah lain yang rela menjalani kondisi yang lebih prihatin daripada kami yang di maktab, seolah-olah disana itu berlomba-lomba dalam kesabaran, berlomba-lomba untuk tidak mengeluh, karena keberadaan kami disana sejatinya adalah nikmat terbesar yang patut disyukuri, yaitu kesempatan untuk berada di tanah suci dan melakukan ibadah suci sebaik-baiknya yang kami persembahkan untuk Rabb kami. Alhamdulillah. Subhanallah. Allahu Akbar.
  • Bagi jamaah yang membayar hadhyu di resepsionis juga mendapat jatah daging yang sama, yang nanti akan diolah menjadi gule kambing oleh pihak Al Matrouk dan disajikan sekembalinya jamaah dari Mina. Saat itu mereka memasak di dapur gedung non-student, dan modelnya prasmanan jadi masing-masing jamaah harus datang ke dapur tersebut untuk memanaskan masakan dan mengambil sendiri. Pada awalnya sempat ragu juga untuk makan, karena penampakan yang tidak meyakinkan, hehe. Tapi jangan salah, setelah dicoba rasanya enaaakk banget lho. Bikin pengen nambah dan nambah. 

No comments:

Post a Comment