Thursday, September 6, 2012

Raudhoh dan Masjid Nabawi


Poin2 yang saya ingat seputar masjid Nabawi & Raudhah:

  • Di masjid Nabawi, jamaah wanita dipisahkan pintu masuknya, yaitu di area belakang masjid.
  • Untuk toilet & tempat wudhu lebih bersih dan nyaman.
  • Penjagaan terhadap jamaah wanita lebih ketat. Disini akan dibuka dan diperiksa detil satu persatu tas bawaan kita. Pakaian juga diraba. Ini untuk mencegah masuknya kamera/ hp berkamera. Aturan ini sepertinya khusus jamaah perempuan, karena kata suami saya, jamaah laki2 bisa langsung masuk tanpa ada pemeriksaan sebelumnya, bahkan banyak yang ambil foto di dalam masjid. 
  • Jadi jamaah wanita yang hp nya tanpa kamera boleh dibawa masuk. Tapi kalau berkamera, akan disuruh menitipkan di ruang penitipan (bukan disuruh keluar masjid lho). Hanya saja, kebanyakan jamaah yang enggan menitipkan, lebih memilih untuk keluar dan sholat di shaf halaman masjid. InshaAllah aman, karena saya juga selalu nitipin kalo lagi pingin sholat di dalam masjid. Soalnya petugasnya pada teliti lho, jarang kelewatan. Nanti kita akan ditunjukkan dimana ruang penitipannya, sebuah kantor kecil di dalam masjid, dibawah tangga. Saya lupa persisnya ada di dekat pintu apa. Disini nanti akan diberi kartu nomor penitipan untuk mengambil hp. Di kantor ini juga biasanya disediakan buklet2 saku tentang materi keislaman yang sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Silakan saja diambil gratis. Isinya bagus2 biasanya. 
  • Bagi yang ber-hp kamera dan akan shalat di dalam masjid, bisa janjian dulu sama suami ketemuan di gate nomor berapa nantinya.
  • Pintu raudah untuk jamaah perempuan dibuka sehari 3x:
1. Bada sholat isyraq (shalat Dhuha yang dilakukan di awal waktu yaitu 15-20 menit setelah syuruq), sekitar pukul 7-9 pagi.
2. Bada dhuhur sampai jam 2 siang.
3. Bada isya.
  • Batas raudah adalah karpet dan tiang2 yang berwarna hijau, usahakan ketika berada di dalamnya memperbanyak doa atau sholat. Oh ya menuju raudhah ini berdesakan sekali, hampir seperti mau cium hajar aswad. Walopun askar (petugas) sudah mengantisipasinya dengan cara mengelompokkan jamaah per suku bangsa, misalnya ras asia, afrika, amerika dsb. Setelah dikelompokkan, askar juga mengatur urutan masuknya rombongan2 tsb ke raudhah. Tapi yang saya lihat pada prakteknya, mereka yang ras nya berbadan besar seringkali tidak sabar dan menyerobot, inilah yang bikin saling dorong dan berdesakan. 
  • Saran saya jangan terbawa arus berebutan, ketika memang giliran kita yang diserobot, ngalah saja. Pertama kali ke raudah, saya ngga sadar ikut arus berebut tsb sehingga akhirnya tercampur ga jelas saya masuk rombongan ras mana, yg kecil berebutan dengan mereka yang besar, gencet2an. Meski akhirnya bisa masuk juga tapi dengan kondisi penuh sesak, sampai saya tidak shalat di dalamnya krn kuatir terinjak2. Memang karena saking kuatnya dorongan orang2 di belakang kita, terkadang membuat sebagian orang ikut mendesak maju mencari tempat di depannya  tanpa peduli kalo ada yang masih sujud, sholat, dsb. 
  • Di kesempatan berikutnya, saya coba ngikut saja apa komando askar. Memang harus extra sabaaar, karena rombongan Melayu cenderung diserobot mlulu lho, mungkin karena fisik yang lebih kecil dan watak yang lebih suka ngalah :). Saking banyaknya arus yang nyerobot ini, askarnya pun ngga bisa banyak berbuat, mereka hanya bisa berteriak mencegah, atau menyuruh kami yang diserobot supaya tetap duduk & ngga ikutan nyerobot. Jadi saya pun mencoba untuk mendobel kesabaran yaitu bersabar untuk menunggu + bersabar menahan diri supaya ga ikut nyerobot. Sampai akhirnya saya lihat rombongan Melayu berada di urutan belakang. Alhamdulillah tapi nikmat sekali setelahnya, bisa berdoa & sholat lebih lama di dalam raudhah tanpa ada yang mendorong2 atau neriakin untuk gantian. Kanan kiri pun masih ada space alias ga berdesakan. Saya lebih nyaranin bagi wanita lanjut usia atau wanita hamil supaya mengambil cara kedua ini.

    No comments:

    Post a Comment